Melbourne, Kota Tram yang Nyaman

Melbourne, adalah kota pertama yang saya kunjungi selama berada di Australia. Kota berikutnya adalah Sydney, Gold Coast dan terakhir Brisbane. Tanggung soalnya kalau nggak dikunjungi sekalian, mumpung berada di Aussie. Btw, masing-masing kota jaraknya lumayan jauh. Dan kalau naik bus Greyhound, sepertinya butuh waktu sekitar 10 jam-an, dari Melbourne ke Sydney dengan tarif sekitar AUS $ 100-an. Tetapi anehnya, jika naik Tiger Airways justru lebih murah, hampir setengahnya. Aneh juga ya …

Tetapi untuk tulisan ini, saya mau cerita tentang kota Melbourne dulu. Ini sebetulnya kisah perjalanan di bulan April 2011 yang lalu, tetapi baru sempat dituliskan sekarang.

Menurut saya Melbourne itu kota yang sangat menarik dan nampaknya masing-masing kota di Australia memiliki keunikan yang berbeda dengan yang lain. Melbourne adalah kota yang dikelilingin oleh jalur-jalur Tram. Dan nampaknya transportasi di sini sangat teratur rapi, dan bahkan sebagian digratisan. Khususnya tram yang berwarna: hijau atau merah, saya lupa.

Melbourne adalah ibukota negara bagian Victoria, dan merupakan kota kedua terbesar di Australia. Kota yang cocok untuk menuntut ilmu dan paling nyaman untuk ditinggali. Pendapat saya ternyata tidak berlebihan, karena Melbourne pernah mendapat penghargaan sebagai,  “The World’s Most Liveable Cities” dari Majalah The Economist, untuk tahun 2002 dan 2004.

Melbourne juga kota yang ramah terhadap para touris, khususnya turis bertas punggung. Di beberapat sudut kota banyak tempat penginapan khusus untuk kalangan tersebut.  Pusat informasi pariwisata di sediakan di depan Flinder Station tinggal beberapa langkah saja dari tempat saya menginap.

Transportasi, jalan-jalan, dan tempat-tempat umum di sana sangat ramah untuk para orang tua dan juga orang cacat. Bus dan tramnya bisa untuk dinaiki oleh orang-orang lanjut usia, karena dapat diakses dengan kursi roda.  Saya pikir, berbahagialah orang-orang lanjut usia dan orang-orang yang kebetulan cacat dan tinggal di sana, seolah tidak ada hambatan, dan hidup seperti kebanyakan orang normal lainnya. Kenapa infrastrutur di Indonesia tidak dibuat seperti ini ya? Bukankah semua orang akan menjadi tua. Terkadang studi banding anggota DPR menurut saya perlu, supaya bisa terbuka mata, untuk bisa melihat hal-hal positif di negara orang yang kemudian diterapkan di negara kita. Sayangnya bukan ini yang mereka tuju.

Beberapa tempat menarik di Melbourne, akan saya ceritakan pada tulisan mendatang.


4 responses to “Melbourne, Kota Tram yang Nyaman

Tinggalkan Balasan ke ded Batalkan balasan