Sudah saya bilang sebelumnya, bahwa baru kali ini saya menggunakan jasa pemandu wisata. Dalam bayangan saya, pastinya nanti akan yang mendokumentasikan perjalanan saya, mungkin dalam bentuk video atau foto-foto saya selama perjalanan menjelajahi Raja Ampat. Tidak berlebihan saya berharap, karena menurut saya, itulah yang (seharusnya) membedakan antara jalan secara independen yang semua kebutuhan serba diurus sendiri dibandingkan dengan bantuan jasa pemandu.
Pemandu, seharusnya memberikan motivasi agar kita semangat melakukan perjalanan ke sana, ada hal-hal yang membuat kita penasaran. Sayangnya sang pemandu ini, bukan menceritakan hal menarik, justru menceritakan hal-hal buruk mengenai tempat yang akan saya tuju, yaitu Wayag. Menurutnya medannya berat, jaraknya sangat jauh, dan untuk mendakinya sangat sulit. Sehingga mereka menyarankan untuk tidak jadi kesana. Loh … 😦
Biaya perjalanan saya cukup mahal karena paketnya adalah untuk menjelajah sampai ke Wayag, lalu mau di gagalkan? Tentu saja saya tidak setuju.
Pagi pagi, walaupun agak kesiangan, saya putuskan untuk tetap ke Wayag. Rupanya, perjalanannya sangat jauh, membutuhkan waktu hampir 6 jam dari Paiynemo ke Wayag. Ketika saya lihat di Google Maps, posisi Wayag memang di ujung Raja Ampat. Jaraknya mungkin hampir separuh jarak kalau ke Maluku. Beruntung cuaca saat itu sangat cerah, air laut nampak tenang seperti di danau saja. Sehingga tidak begitu khawatir walaupun perjalanan sangat jauh.
Untuk memasuki kawasan tersebut harus lapor dulu di tempat pendaftaran di sebuah kantor kecil pos jaga kawasan Raja Ampat. Saat itu pengunjung sangat banyak, sehingga jika ke sana, harus antri menunggu yang di atas turun, barulah kita diijinkan naik.
Sambil menunggu antrian, kami sempatkan untuk menikmati hiu hiu liar yang lalu lalang di pantai pos jaga tersebut. Beginilah suasana pantai di pos jaga tersebut.
Pantai Pos Jaga Wayag, Raja Ampat (10/12/16)
Berbeda dengan Paiynemo, untuk mendaki Wayag kondisinya memang masih alami, kita harus mencari pijakan sendiri dan sesekali mencari pegangan di antara batu batu karang yang tajam dan ranting-ranting pohon.
Cukup menguras tenaga untuk mencapai puncak, namun begitu sesampai di atas, sungguh pemandangan yang sangat indah luar biasa. Seluruh kelelahan, terbayar sudah, lunas. Inilah keindahan alam Indonesia yang memang harus disyukuri, karena hanya terdapat di Indonesia. Tuhan sudah menciptakan surga kecil, untuk kita nikmati.
Puncak Bukit, Bentangan Kars Wayag, Raja Ampat (10/12/16)
Pulang Menuju Waiwo Resort
Matahari nampak sudah berada di ujung, hampir menyentuh batas garis laut. Warna merah keemasan sudah mendominasi warna langit saat itu.
Nampak juga pelangi yang melengkung dengan sempurnanya.
Menurut sang “sopir” kemungkinan kita pulang akan malam, sehingga menyulitkan dia menentukan jalur pulang. Waduh… kalau sang Nahkoda dan sang pemandu sudah berkata begitu, sudah berbahaya.
Semula saya memang akan ke Teluk Kabui dan Batu pencil, tetapi sepertinya dilewati karena sudah malam. Tidak apa-apa, saya memakluminya kalau gagal ke sana.
Tetapi yang saya heran sang sopir dan pemandu tidak tahu posisi ke resort tempat menginap. Sedang bercandakah? Dan nyatanya memang tersesat. Di kegelapan malam, kapal ini tetap berjalan, dengan bermodalkan pandangan mata dari jarak dekat saja. Dan saya melihat sang “sopir” agak panik, ketika tiba tiba saja ada sebuah benda di depan kapal. Dengan sekuat tenaga sang sopir memutar kemudinya. Ups … hampir saja, katanya.
Akhirnya, kapal ini berlabuh juga, bersandar di sebuah dermaga yang kelihatannya sangat bagus. Tetapi sayangnya, salah sandar karena bukan dermaga tempat kami menginap. Kami pun harus kembali ke speedboad.
Laut masih nampak tenang, hanya saja, kondisi di speedboad sangat gelap. Sambil berdoa agar lekas sampai. Sang pemandu terlihat beberapa kali menelepon resort untuk menentukan lokasi penginapan tersebut.
Akhirnya, keresahan, kelelahan pun berakhir, ketika tanda tanda di mana speedboad ini harus bersandar. Sudah cukup malam, tetapi bersyukur.
Postingan ini masih draft, nanti akan diperbaiki lagi.