Tag Archives: Catatan Perjalanan

Jalan Tak Pernah Sepi di Khao San Road

02-04-09, hari ke-3, di Bangkok

Pagi itu kami masih di antar oleh Somai Kun, dan kami sudah minta ke Angie, agar kami diantar saja ke Khao San Road dan biar pulangnya nanti sendiri, tidak perlu dijemput, takut merepotkan.

Khao San Road

Ada apa di  Khao San road?  Kabarnya inilah kawasannya para backpacker. Semula memang kami akan menginap di sini, karena di sinilah banyak penginapan murah meriah dan bersih. Sebuah tempat yang menarik, karena dari tempat ini juga para backpacker akan melanjutkan perjalanannya, semua keperluan perjalanan tersedia di sini Dan hebatnya lagi, harga yang ditawarkan benar-benar sangat murah, lengkap dengan akomodasi, makan dan tiket masuk. Kota yang nampak hidup, dan tidak pernah tidur.

Di sepanjang jalan, pagi dan siang, selalu ramai para pelancong, banyak travel agent, hotel, restoran, toko souvenir, money changer, dsb. Sedangkan malam hari jalan tersebut berubah menjadi kafe-kafe. Tidak salah rasanya jika Khao San road ini menjadi tempat favorit untuk dikunjungi.

Tiga kali kami bolak-balik di jalan ini, dan tidak terasa, tiba-tiba sampailah kami di Sungai Chao Phraya. Sungai yang menjadi alternative transportasi di dalam kota Bangkok. Di seberang sungai ini dari kejauhan terlihat Wat Arun atau Temple of Dawn.  Wat Arun juga merupakan salah satu bangunan yang menjadi ciri khas Bangkok. Untuk mengunjunginya kita bisa naik perahu. Tetapi sayang saya tidak sempat ke sana, sudah capek, kebanyakan jalan hi hi hi…  (sejujurnya saya tidak begitu suka dengan bentuk-bentuk bangunan, arsitektur, kecuali landmark, saya lebih menyukai keindahan alam)  ini juga lagi istirahat sambil tiduran di sebuah taman di penyeberangan Chao Phraya, sambil makan manisan mangga. Oh ya, mangga di Bangkok ini selalu tersedia loh … tidak tergantung musiman. Ukurannya besar, rasanya seperti mangga Indramayu, tetapi rasanya lebih enak, lebih manis, agak berair dan sedikit kecut … ditambah rempah-rempah … rasanya manteb banget.

Setelah istirahat cukup, perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan bis umum, entah tujuan kemana, karena kali ini memang kami sengaja menyesatkan diri hi hi hi … dan tiba-tiba kami berhenti di sebuah tempat yang namanya MBK (Mah Boon Krong). Ketika hendak membayar ongkos … eh … ternyata gratis. Rupanya pemerintah kota Bangkok ini memang baik banget sama warganya. Beda ya sama pemerintah kita … hi hi hi …

MBK adalah sebuah pusat perbelanjaan yang mirip-mirip ITC Mangga Dua. Barang-barang di sini terkenal murah, apalagi kalau beli dalam jumlah banyak. Kaos dengan bahan dasar hitam sekitar THB 80 sedangkan bahan dasar putih lebih murah lagi. Gantungan kunci sekitar THB 90 per 5 buah. Lumayan buat oleh-oleh teman sekantor, tidak membebani ruang tas dan lebih khusus lagi kantong. Jadi menurut saya tempat ini wajib di kunjungi meskipun bukan penggila belanja, seperti saya. Untuk sekedar kenang-kenangan saya membeli sebuah hiasan meja terbuat dari perak dengan gambar gajah di satu sisi dan sisi lainnya gambar tuk tuk.

Urusan souvenis selesai, saya kembali ke Apartemen kawan saya, Angie,  di Jl Withayu Road.  Sembari mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan lainnya seperti: Siam Discovery Centre. Di sini tidak ada apa-apanya, tidak ada yang istimewa, standar. Siam Center hanya selewatan, jadi tidak benar-benar saya perhatikan. Central World, gedungnya megah, di atasnya ada penyewaan internet THB 20 per jam.

Bersambung


Tiba di Bangkok

31-03-2009

Sore itu, setiba di Bandara Soekarno-Hatta, terus terang agak gugup, karena ini penerbangan pertama kali ke luar negeri, gratis pula. Yang bikin gugup, sebetulnya, karena gratisnya ini. Tidak begitu yakin, apakah tiket yang saya print sendiri ini, apakah benar-benar berlaku?. Oh … ternyata memang bisa digunakan, syukurlah. Kenapa bisa gretong? Karena saya pesan tiketnya, ketika Bangkok sedang dilanda kerusuhan besar-besaran, bahkan bandara pun saat itu dikuasai oleh para demonstran. Banyak orang-orang yang terjebak di bandara ini, sehingga pemerintah Indonesia pun perlu melakukan evakuasi saat itu. Lah saya malah beli tiket untuk kesana hi hi hi …  

Ketika melewati penjagaan pintu berikutnya, lagi lagi saya gugup, benarkah tidak bayar fiskal? Oh … ternyata memang tidak bayar, demikian juga istri saya, cukup menunjukan kartu keluarga. Aman.

Rugi loh sudah bayar pajak, tetapi tidak memanfaatkan fasilitasnya hi hi hi… dasar provokator.

Jam saya menunjukan pkl 19.45 wib, setelah 3 jam 25 menit di pesawat, kami tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok. Sebuah bandara yang sangat besar dan cukup megah, sangat berbeda jauh dengan kondisi bandara di tanah air.

Di dekat pintu keluar, ada kios  penukaran uang, tetapi ada yang aneh … semua mata uang bisa ditukarkan di sini, tetapi mengapa Rupiah malah tidak ada di dalam daftar? Untungnya saya bawa dolar, saya tukarkan 100 $ US ke Bath Thailand, saya pikir cukuplah untuk beberapa hari di Bangkok.

Seorang Kun Somai dan Alphard-nya ternyata sudah menunggu kami di parkiran, dia adalah sopir seorang teman saya, Angie. Angie adalah kawan saya ketika kuliah di ITB dulu, orangnya pinter, cantik  dan baek banget.  Seneng banget dijemput, paling enggak saya terhindar menjadi orang blo’on melihat kemegahan bandara yang hiruk pikuk namun teratur ini.

Angie ternyata tinggal di sebuah apartemen yang  menurut saya cukup luas, dan mewah, mirip sebuah hotel berbintang 5. Mungkin kebiasaan orang Bangkok kali ya, semua bangunan, bandara, jembatan, mobil bahkan rumah pun berukuran sangat lapang, tinggi dan luas. Angie dan suaminya memberi saya tumpangan untuk menginap beberapa malam di sana. Lumayan, dari pada nginep di hotel … hi hi hi … mendingan duitnya buat jalan-jalan, paling tidak menambah jalur perjalanan backpacker saya di kota Bangkok.

Bersambung