Sebetulnya hampir setiap tahun saya ke Bali, paling nggak sebelum 3 tahun yang lalu. Sebab sejak tahun tahun 2009, orientasi saya selanjutnya kalau backpacking adalah ke luar negeri. Maaf, bukannya tidak cinta Indonesia, hanya saja dari sisi harganya terkadang jauh lebih murah penerbangan ke luar nageri ketimbang dalam negeri. Seharusnya, hal seperti ini menjadi perhatian pemerintah, kenapa bisa begitu?
Tempat-tempat wisata di Indonesia sebetulnya sangat menarik, dan mempunyai keunikan sendiri yang berbeda dengan tempat-tempat lainnya di dunia, Bali misalnya. Bicara soal pantai, sebetulnya Gold Coast menurut saya pantai yang sangat indah, bisa jadi pantai Kuta pun kalah cantik, tetapi kenapa orang Australia sendiri lebih sering ke Bali? Nah inilah keunikannya Bali. Karena buat mereka Bali adalah rumah tinggal keduanya. Ketika musim dingin, maka mereka berbondong-bondong ke Indonesia, walaupun Gold Coast cantik, tetap saja menjadi tidak menarik untuk surfing.
Para turis bahkan sangat leluasa untuk menikmati Pulau Dewata itu. Mereka sangat-sangat menikmati, terlepas apakah mengganggu orang lain atau tidak, yang pasti di sini memang tempat wisata, tempat yang pas untuk melepaskan segenap rutinitas mereka yang mungkin terhadap pekerjaan, sekolah atau entahlah. Terkadang kita pun tidak bisa berbuat apa-apa ketika mereka melakukan “atraksi” yang entah apa maksudnya. Ini adalah kejadian yang saya saksikan ketika kendaraan yang saya bawa, masih mencari-cari jalan Kuta. Walaupun sudah berkali-kali ke sini, tetap saja masih bingung kalau ke sini. Sebab setiap sampai di Bali sudah hampir pagi, jadi antara ngantuk, lelah dan masih disorientasi. Turis aneh itu memberhentikan setiap mobil yang lewat dan memasukkan kepalanya melalui jendela hanya untuk membunyi-bunyikan klakson mobil. Lucu, dan entah mau dibilang apa, norak?. Bisa jadi. Saya memaklumi. Dan sepertinya Bali sangat terbuka terhadap kehadiran turis, terlihat mereka tidak mempermasalahkan, dan membiarkan apa yang dilakukan para turis itu.
Bagaimanapun Bali membutuhkan kehadiran mereka, sehingga roda perekonomian bergerak, sebaliknya mereka membutuhkan tempat untuk melepaskan kepenatan. Ini adalah simbiosis mutualisme, yang saling menguntungkan. Soal mengganggu atau tidak, yang pasti kita datang ke Bali adalah untuk sama-sama menikmati indahnya Pulau Dewata.
Soal si bule itu? Tetap saja saya nggak bukain kaca jendelanya 🙂 Sinting!
*Baru nyampe Kuta nih.