Akhirnya, nonton Laskar Pelangi

Hari Sabtu (11/10) rencananya mau nonton film Laskar Pelangi di Mall Artha Gading yang jam 19.00 -an. Tetapi ternyata tempat duduk sudah penuh, yang tersedia hanya pkl 21.00 wib. Terpaksa dibatalkan, karena terlalu malam.

Keesokan harinya sekitar pkl 17.00 wib kami kembali ke bioskop tersebut. Tetapi rupanya lagi-lagi gagal, tempat duduk tersedia hanya untuk pkl 21.00 wib. Itupun duduk pada barisan paling depan. Karena sudah terlanjur keluar rumah dan juga janji dengan anak-anak, akhirnya pilihan ke Bioskop di XXI, Mall Kelapa Gading. Tiketnya Rp 35.000,- dikalikan 4 orang, jadi lumayam mahal, untuk ukuran keluarga kecil seperti saya. Saya pikir sekali-sekali, enggak apa-apalah. Penasaran, karena kabarnya filmnya bagus, yang mengambil tempat dengan panorama pantai yang indah di Belitung.

Dan memang filmnya, menurut saya cukup bagus. Meskipun duduk tetap di deretan no 3 dari depan dan disebelah agak ke kanan pula. Jadi cukup pegel. Belitung memang memiliki pantai yang sangat indah. Sepertinya perlu diagendakan, untuk sekali waktu pergi ke sana. Pemain-pemain dengan jam terbang tinggi seperti Slamet Raharjo, Rieke Dyah Pitaloka, Tora Sudiro, Robby Tumewu, Mathias Muchus, Alex Komang justru berperan sangat sedikit. Justru para bocah penduduk lokal Belitung lah yang ditonjolkan oleh Riri Riza, sang sutradara yang mengadopsi novel karya Andrea Hirata, yang mendapat porsi besar dalam film tersebut.

Meskipun ada beberapa peristiwa aneh, seperti cinta monyet nya si Ikal dengan Aling yang hanya karena melihat jari tangan … belum lagi kisah aneh Flo yang berpindah dari SD Tmiah ke SD Muhamadyah. Kisah si Lintang yang seharusnya ditonjolkan, justru mendapat porsi yang kurang. Padahal kalau saja kisah ini lebih ditonjolkan, pastilah punya nilai lebih buat anak-anak yang saya bawa. Bagaiamana hebatnya perjuangan si Lintang ketika setiap sekolah harus melewati buaya. Dan bagaimana juga jeniusnya si Lintang dalam menjawab soal-soal dalam perlombaan cerdas cermat.

Bisa jadi film ini dikejar durasi dan juga demi untuk merepresentasikan isi dari novell, yang penting ada adegannya.

Tetapi secara umum, menurut saya Film Laskar Pelangi, adalah sebuah film sederhana yang sangat menarik. Kasus menarik, daerah yang menarik, dan para pemain baru yang menarik juga. “Hidup adalah untuk berbagi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya” begitu kata Pak Harfan yang dimainkan oleh Ikranegara, seorang kepala Sekolah Dasar Muhamadyah, Belitong.


3 responses to “Akhirnya, nonton Laskar Pelangi

Tinggalkan Balasan ke hanggadamai Batalkan balasan